SUKU MENTAWAI
Suku Mentawai
adalah sekelompok masyarakat yang hidup dan menetap di kepulauan Mentawai
,Sumatera Barat.Suku Mentawai turun temurun tinggal di empat pulau besar di
kepulauan mentawai,yaitu:Sibora,Siberut,Pagai utara dan Pagai Selatan.
Nenek Moyang Suku Mentawai diperkirakan
datang ke Pulau Siberut sekitar 3.000 tahun yang lalu. Asal Suku Mentawai belum
diketahui secara jelas,dan banyak pendapat mengenainya,tetapi kemungkinan
berasal dari Batak,Sumatera Utara. Menurut kepercayaan masyarakat Siberut,
keseluruhan Suku Mentawai yang ada di sana awalnya berasal dari satu suku dari
daerah Simatalu yang terletak di Pantai Barat Pulau Siberut dan kemudian
menyebar ke seluruh pulau.Kebudayaan Mentawai Sampai saat ini relatif masih
asli karena keterisolasian dan belum banyak dipengaruhi oleh kebudayaan lain.Secara geografis, letak kepulauan Mentawai berhadapan dengan
Samudera Hindia.Untuk menuju ke kepulauan Mentawai,kita harus menyeberangi laut
dengan menggunakan perahu motor.Jarak kepulauan Mentawai dari Pantai
Padang kurang lebih 100 kilometer.
Suku Mentawai secara turun temurun hidup
sederhana di dalam sebuah Uma.Uma adalah rumah yang besar yang terbuat dari kayu pohon.Arsitektur
bangunan rumah Mentawai berbentuk panggung.
Seluruh makanan, hasil hutan dan pekerjaan dibagi dalam satu uma.
Struktur sosial Suku Mentawai bersifat egalitarian, yaitu
setiap anggota dewasa dalam uma mempunyai kedudukan yang sama kecuali
"sikerei" (Tetua/Dukun) yang mempunyai hak lebih tinggi karena dapat
menyembuhkan penyakit dan memimpin upacara keagamaan.
Pakaian Suku Mentawai masih tradisional,untuk
Kaum lelaki Mentawai masih mengenakan Kabit yakni penutup bagian tubuh bawah yang
hanya terbuat dari kulit kayu. Sementara bagian tubuh atas dibiarkan telanjang begitu
saja tanpa mengenakan sehelai kain.Sedangkan
unruk kaum wanita, untuk menutupi tubuh bagian bawah, mereka menguntai pelepah daun pisang hingga
berbentuk seperti rok. Sementara untuk tubuh bagian atas, mereka merajut daun rumbia hingga
berbentuk seperti baju. Sikerei,(tetua/dukun) di Mentawai-pun masih mengenakan Kabit,walaupun ada suku Mentawai yang mengenakan kain sarung
ataupun pakaian lengkap,jumlahnya hanya beberapa orang saja.
Makanan pokok Suku Mentawai adalah sagu,pisang dan
keladi.Makanan lainnya seperti buah-buahan,madu dan jamur didapatkan dari hutan
atau ditanam di ladang. Sumber protein seperti rusa dan burung diperoleh dengan
berburu menggunakan panah dan ikan dipancing dari sungai.
Menurut agama tradisional Mentawai (Arat Sabulungan) seluruh
benda hidup dan segala yang ada di alam mempunyai roh atau jiwa (simagre). Roh
dapat memisahkan dari tubuh dan bergentayangan dengan bebas. Jika keharmonisan
antara roh dan tubuhnya tidak dipelihara, maka roh akan pergi dan dapat
menyebabkan penyakit.Konsep kepercayaan ini berlaku dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat, Kegiatan keseharian yang tidak sesuai dengan adat dan kepercayaan
maka dapat mengganggu keseimbangan dan keharmonisan roh di alam.
Upacara agama suku mentawai disebut punen,yang harus dilakukan bersamaan dengan aktivitas manusia sehingga dapat mengurangi gangguan. Upacara dipimpin oleh sikerei yang dapat berkomunikasi dengan roh dan jiwa yang tidak dapat dilihat orang biasa. Roh makhluk yang masih hidup maupun yang telah mati akan diberikan sajian yang banyak disediakan oleh anggota suku. Rumah adat (uma) dihiasi, daging babi disajikan dan diadakan tarian (turuk) untuk menyenangkan roh sehingga mereka akan mengembalikan keharmonisan. Selama diadakan acara, maka sistem tabu atau pantangan (kekei) harus dijalankan dan terjadi pula berbagai pantangan terhadap berbagai aktivitas keseharian. Kepercayaan tradisional dan khususnya tabu inilah yang menjadi kontrol sosial penduduk dan mengatur pemanfaatan hutan secara arif dan bijaksana dalam ribuan tahun.
Ciri khas lain
dari orang-orang suku mentawai adalah tato yang menghiasi seluruh tubuhnya.
Tato,orang suku mentawai menyebutnya titi,adalah salah satu dari bagian
ekspresi seni dan lambang status orang dari Suku Mentawai.
Tato dibuat oleh seorang sipatiti(pembuat
tato). Proses pembuatan tato memakan waktu yang cukup lama,terutama pada tahap
persiapannnya yang bisa berbulan-bulan,karna ada ritual upacara dan pantangan
yang harus dilewati oleh orang yang ingin ditato,upacara tersebut dipimpin oleh
seorang sikerei.
v Nama : Rifqi Mafazi
v Kelas : 1EA25
v NPM : 16212354
v Sumber :